PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI BALI
Pada
mulanya, Agama Hindu berkembang di Jawa Timur terutama pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk dan patihnya yang terkenal yaitu Gajah Mada. Sepeninggal Raja
Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,
agama Hindu kemudian mengalih ke Bali karena di Jawa Timur tidak mendapat
perhatian dan perilaku yang wajar. Diperkirakan dari sebelum abad ke 8 hingga
abad ke 14 ekspedisi Maha Patih Gajah
Mada datang dan mempu mengalahkan Bali. Dengan diketemukan Ye Te mantra Budha yang menyebutkan
tentang Siva Siddhartha di Pejeng.
Perkembangan berikutnya tentang Siva Budha ini, Siva lebih menonjol yang
termuat dalam prasasti Sukawana A. 1 dan
rontal Bhuvana Tattva Maharsi Markandeya yang menceritakan sampai pada
pendirian Pura Besakih memakai dasar Panca Dhatu.
Berikut
proses perkembangan Agama Hindu di Bali :
- · Masa Bali Kuno
Perkembangan
Agama Hindu pada masa ini sangat pesat. Diawali dari pemerintahan raja suami
istri antara Dharmodayana Varmadeva
dengan Gunapriya Dharmapatni (putri
dari Mpu Sendok) dari Jawa Timur yang
melahirkan Airlangga yang menjadi
raja Hindu di Kediri. Pada masa pemerintahan Dharmodayana Varmadeva , sekte-sekte Hindu di Bali dapat
dipersatukan menjadi paham Tri Murti dalam konsep Kahyangan Tiga. Dan Mpu Kunturan yang datang ke Bali berjasa
besar dalam menanamkan konsep tersebut pada seluruh masyarakat desa Pekraman di
Bali serta, menegakkan dharma dan sistem kemasyarakatan di Bali hingga Bali
menjadi aman dan tertib. Nama
Balidwipa tidaklah merupakan nama baru, namun telah ada sejak zaman dahulu. Hal
ini dapat diketahui dari beberapa prasasti, di antaranya dari Prasasti
Blanjong
yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Varmadewa pada tahun 913 Masehi yang menyebutkan
kata "Walidwipa".JDemikian pula dari prasasti-prasasti Raja Jayapangus, seperti prasasti
Buwahan D dan prasasti Cempaga A yang berangka tahun 1181 Masehi. Diantara
raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis yang juga
menyinggung gambaran tentang susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana,
Jayapangus , Jayasakti, dan Anak
Wungsu.
Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut beberapa jenis seni yang ada pada
waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman Raja
Anak Wungsu, kita dapat membedakan jenis seni menjadi dua kelompok yang
besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Tentu saja istilah seni keraton ini
tidak berarti bahwa seni itu tertutup sama sekali bagi rakyat. Kadang-kadang
seni ini dipertunjukkan kepada masyarakat di desa-desa atau dengan kata lain
seni keraton ini bukanlah monopoli raja-raja.
- · Masa Bali Pertengahan
Pada
masa ini, di awali dengan runtuhnya kerajaan Bali Kuno sehingga terjadi
kekosongan pimpinan di Bali. Karena ketidakcakapan Raden Agra
Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan digantikan oleh Dalem
Ketut Ngulesir. Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat pemerintahan dipindahkan ke Gelgel
(dibaca /gɛl'gɛl/). Pada saat inilah dimulai Periode Gelgel dan Raja Dalem Ketut Ngulesir merupakan raja
pertama. Raja yang kedua adalah Dalem
Watu Renggong (1460—1550). Dalem Watu Renggong menaiki singgasana dengan warisan kerajaan yang
stabil sehingga ia dapat mengembangkan kecakapan dan kewibawaannya untuk
memakmurkan Kerajaan Gelgel. Di bawah pemerintahan Watu Renggong, Bali (Gelgel) mencapai puncak kejayaannya. Datangnya Dang
Hyang Niratha atau Dang Hyang Dwijendra banyak berjasa menata kehidupan
beragama di Bali, Lombok, dan Sumbawa, beliau juga mengembangkan konsep “Tuhan
dalam sebutan Bhatara Siva atau kemanunggalan” dengan tempat pemujaan
Padmasana. Dalam kitab
Negarakertagama disebutkan "Bhumi
Balya i sacara lawan bhumi Jawa",
yang menunjukkan bahwa pengaruh Majapahit demikian dominan di Bali. Dang Hyang Niratha banyak menuntun masyarakat dalam membangun pura,
pura peninggalan beliau di sebut dengan Pura
Dang Khayangan. Setelah Dalem
Watu Renggong wafat ia digantikan oleh Dalem
Bekung (1550—1580), sedangkan raja
terakhir dari zaman Gelgel adalah Dalem
Di Made (1605—1686). Kekuatan Hindu sejak
pemerintahan Kerajaan Gelgel masih tetap dipertahankan sampai saat ini.
Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti Gelgel. Pemberontakan I
Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri Periode Gelgel.
Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem
Di Made dewasa dan dapat mengalahkan I
Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali. Gusti Agung Jambe sebagai putra yang
berhak atas takhta kerajaan, ternyata tidak mau bertakhta di Gelgel, tetapi
memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan, yaitu bekas tempat
persembunyiannya di Semarapura.
Dengan demikian, Dewa
Agung Jambe (1710-1775) merupakan raja pertama zaman Klungkung. Raja kedua adalah Dewa
Agung Di Made I, sedangkan raja Klungkung yang
terakhir adalah Dewa
Agung Di Made II. Pada zaman Klungkung ini wilayah
kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil ini
selanjutnya menjadi swapraja (berjumlah delapan buah) yang pada zaman kemerdekaan
dikenal sebagai kabupaten. Kerajaan-kerajaan pecahan Klungkung.
- Kerajaan Badung, yang kemudian menjadi Kabupaten Badung.
- Kerajaan Mengwi, yang kemudian menjadi Kecamatan Mengwi.
- Kerajaan Bangli, yang kemudian menjadi Kabupaten Bangli.
- Kerajaan Buleleng, yang kemudian menjadi Kabupaten Buleleng.
- Kerajaan Gianyar, yang kemudian menjadi Kabupaten Gianyar.
- Kerajaan Karangasem, yang kemudian menjadi Kabupaten Karangasem.
- Kerajaan Klungkung, yang kemudian menjadi Kabupaten Klungkung.
- Kerajaan Tabanan, yang kemudian menjadi Kabupaten Tabanan.
- · Masa Bali Baru
Pada masa
ini perkembangan Agama Hindu menjadi tidak terkoordinasi karena belum ada badan
yang tunggal, sehingga perkembangannya menjadi beraneka ragam. Perkembangan
penghayat keagamaan banyak bermunculan dan terakhir terangkum dalam wadah Hindu
Bali.
- · Masa Penjajahan
Pada masa
ini mulai masuk intervensi Belanda ke
Bali dalam rangka "pasifikasi" terhadap seluruh wilayah Kepulauan Nusantara. Dalam proses yang secara tidak disengaja membangkitkan
sentimen nasionalisme Indonesia ini, wilayah-wilayah yang belum ditangani oleh administrasi
Batavia dicoba untuk dikuasai dan disatukan di bawah administrasi. Belanda
masuk ke Bali disebabkan beberapa hal, beberapa aturan kerajaan di Bali yang
dianggap mengganggu kepentingan dagang Belanda, penolakan Bali untuk menerima
monopoli yang ditawarkan Batavia, dan permintaan bantuan dari warga Pulau Lombok yang
merasa diperlakukan tidak adil oleh penguasanya (dari Bali).
Masa ini merupakan masa perlawanan
terhadap kedatangan bangsa Belanda di Bali. Perlawanan-perlawanan ini ditandai
dengan meletusnya berbagai perang di wilayah Bali. Perlawanan-perlawanan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- Perang Buleleng (1846)
- Perang Jagaraga (1848--1849)
- Perang Kusamba (1849)
- Perang Banjar (1868)
- Puputan Badung (1906)
- Puputan Klungkung (1908)
Dengan kemenangan Belanda dalam
seluruh perang dan jatuhnya kerajaan Klungkung ke tangan Belanda, berarti
secara keseluruhan Bali telah jatuh ke tangan Belanda. Sejak kerajaan Buleleng
jatuh ke tangan Belanda mulailah pemerintah Belanda ikut campur mengurus soal
pemerintahan di Bali.
Setelah melalui beberapa
pertempuran, tentara Jepang mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 18 dan 19 Februari 1942.
Dari arah Sanur ini tentara Jepang memasuki kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan apa-apa. Kemudian, dari
Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali. Mula-mula yang meletakkan dasar
kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (Rikugun).
Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada
pemerintahan sipil. Karena selama pendudukan Jepang suasana berada dalam
keadaan perang, seluruh kegiatan diarahkan pada kebutuhan perang. Para pemuda
dididik untuk menjadi tentara Pembela Tanah Air (PETA). Untuk daerah Bali, PETA dibentuk pada bulan Januari
tahun 1944 yang program dan syarat-syarat pendidikannya disesuaikan dengan PETA
di Jawa.
Pada masa ini pula, perkembangan
Agama Hindu mengalami pasang surut masalah ini pada awalnya ditangani oleh guru
tiga (guru rupaka, pengajian, dan visesa) dengan Svadharmanya masing-masing
kemudian mengalami perubahan pelik dan terjadinya perubahan urutan masyarakat.
- · Masa Kemerdekaan
Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 23 Agustus 1945,
Mr. I Gusti Ketut Puja tiba di Bali dengan membawa mandat pengangkatannya
sebagai Gubernur Sunda Kecil. Sejak kedatangan beliau inilah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di Bali mulai disebarluaskan sampai ke desa-desa. Pada
saat itulah mulai diadakan persiapan-persiapan untuk mewujudkan susunan
pemerintahan di Bali sebagai daerah Sunda Kecil dengan ibu kotanya Singaraja.
Perkembangan
Agama Hindu pada masa ini terjadi perubahan tata cara kehidupan umat tidak
meninggalkan agama atau mengubah keyakinan beragama tetapi terjadi pasang surut
yang disebabkan oleh munculnya :
a.
KUAP
(Kantor Urusan Agama Pusat)
b.
KUAD
(Kantor Urusan Agama Daerah)
Yaitu terbentuknya
Propinsi Administrasi Nusa Tenggara juga adanya gerakan penumpasan G30S PKI.
Selaku pengabdian teknis lahirlah Direktorat Jenderal Bimas Hindu-Budha Depag
(1967). Selain itu dengan adanya keputusan-keputusan dan Mahasabha Parisadha
Hindu Dharma yang dilaksanakan dengan baik. Sebagai wujud nyata hasil-hasil
dalam dharma agama juga dapat dicapai melalui :
a.
Pendirian
Kantor Agama Daerah Bali
b.
Sekolah
PGAH
c.
IHD,
dll.
Lalu setelah jaman
kemerdekaan diperoleh, maka tanggal 3 Januari 1964 Depag RI Berdiri.
artikelnya bagus,,tetapi kok gak ada backgroundnya?????
BalasHapuswah perkembangan agama Hindu setelah kemerdekaan kurang banyak kyaknya perlu diadakan penelitian lebih lanjut
BalasHapusWarna tulisan bikin sakit mata
BalasHapusHarrah's Casino & Racetrack - MapyRO
BalasHapusGet 보령 출장안마 directions, reviews and information 구리 출장샵 for Harrah's Casino 안양 출장마사지 & 하남 출장마사지 Racetrack in Council Bluffs, IA. Rating: 8.1/10 · 7 votes 고양 출장샵